Every Impossible Thing in This World [Seol]

dvdfu

 

***

 

Semerbak bau tanah basah yang disapa air hujan menyentuh indera penciumannya. Hujan pertama di musim semi membunuh segala serbuk bunga yang bertebaran dimana-mana. Suasana yang sama seperti ketika dia bertemu dengan laki-laki itu beberapa tahun yang lalu.

Tatapan mata yang hangat dan postur tubuh ramping miliknya berhasil membuat Lee Seol terpana selama beberapa saat. Tepat saat itu juga, sosok itu memutar kepalanya dan membalas tatapan gadis itu. Masih segar di dalam ingatannya betapa indahnya satu senyum tipis yang diberikan laki-laki tersebut ditengah derasnya air hujan.

Sosok itu memperkenalkan dirinya dan bercerita bagaimana dia bisa tiba disana diiringi merdunya kekehan kecil yang terlontar dari bibirnya. Disaat yang sama, Lee Seol sadar bahwa dirinya tenggelam dalam jurang yang cukup gelap hanya dalam waktu beberapa detik.

Senyum hangat dan obrolan ringan dari orang baru tersebut membuat Lee Seol tanpa sadar ikut menceritakan alasannya berada disana ditengah derasnya hujan yang turun.

Orang-orang yang berlalu lalang, berlari membelah hujan kembali membawa ingatannya pada masa kini. Mata cokelat transparan itu menatap—menerawang ke dalam hujan, seakan menunggu satu hal yang dia tahu tak pasti. Mata itu menatap lekat-lekat setiap orang yang berjalan ditengah hujan, dan berlindung dibawah payung.

Bukan dia.

Tak ada satupun dari mereka merupakan sosok yang diharapkannya. Tak ada.

Lee Seol kembali mengingat waktu di mana postur ramping dengan tatapan hangat itu menyusuri hujan bersamaan dengan satu senyuman lembut tergambar diwajahnya. Laki-laki itu basah dengan air hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya, tetapi dia sama sekali tak terganggu dengan hal tersebut.

Hari dimana ada hal lain yang jauh lebih penting daripada tubuhnya yang membeku kedinginan. Hari dimana dia menyatakan bahwa perasaannya takkan berubah sampai kapanpun. Hari dimana dia menyatakan bahwa dia menginginkan gadis itu lebih dari segala hal nyata yang ada di dunia ini. Bahwa dia akan menjadi gila jika Lee Seol tak menjadi miliknya. Jika Lee Seol jatuh ke dalam pelukan laki-laki lain.

Gadis itu menghela nafas dengan berat. Kejadian yang sudah lama berlalu namun masih terasa sangat nyata pada masa kini.

Rasa bahagia yang meluap-luap pada saat itu juga masih bisa dirasakan olehnya dengan sangat jelas. Perasaan itu masih ada disana, masih berdiam disana, masih tertinggal dan tersisa disana tanpa berkurang sedikitpun.

Tatapan mata itu kini berubah menjadi lemah. Lee Seol menatap kearah jalanan yang kini semakin sepi. Hawa dingin yang menusuk hingga tulang tak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit yang menusuk di dalam dadanya. Entah berapa lama lagi dia harus menunggu. Entah berapa minggu lagi dia harus kembali ke tempat ini, berdiri pada jam yang sama, untuk satu orang yang sama.

Masih segar di dalam ingatannya bagaimana laki-laki yang telah merebut hatinya mengucapkan kata perpisahan dengan cara yang benar-benar menyakitkan. Memberi berita bahwa dia harus meninggalkan Korea selama beberapa saat dan tak bisa menghubungi Lee Seol sama sekali.

Masih terasa hangat di tubuhnya ketika laki-laki yang lebih tinggi darinya merengkuh tubuh mungil Lee Seol ke dalam dekapannya. Memeluk tubuh rapuh gadis itu dengan erat, sangat erat hingga rasa sesak di dalam hatinya tak dapat menandingi rasa sesak tubuhnya yang direngkuh dengan begitu eratnya.

Dia ingat dengan jelas bagaimana laki-laki itu menangis untuknya. Bagaimana pedih hatinya ketika mendapati laki-laki itu hancur karena harus melepaskannya.

Lee Seol masih bisa mengulang kalimatnya dengan jelas. “Ini bukan perpisahan. Aku akan menunggumu. Disini. Setiap hari hingga kau kembali,” bisiknya dalam ketiadaan. Dia tahu, tak ada orang yang akan mendengarnya kali ini.

Dan janji itu membawanya pada masa sekarang.

Halte itu semakin suram dengan gemuruh suara hujan yang meraung-raung turun dari langit. Gadis itu bertanya-tanya dalam hati apa yang akan dipikirkan orang-orang jika mengetahui anak pemilik CJ Group kini bernaung dibawah halte sendirian. Menunggu satu sosok yang mungkin takkan datang.

Disana dia sekarang, berlindung dibawah derasnya air hujan di musim semi di tempat yang akan membawa sosok itu kembali ke dalam pelukannya. Disana dia, menepati janjinya kepada laki-laki yang memegang seluruh isi hatinya meski dia tak tahu, harus berapa lama lagi dia menunggu.

Ingin rasanya berhenti. Hatinya cukup lelah—sangat lelah untuk semua ini. Tetapi dia tahu bahwa saat ketika dia berhenti, saat itu juga dia membunuh dirinya sendiri.

Hari ini bukan kali pertama dia berada disana dan menatap setiap orang yang berlalu-lalang dengan lekat-lekat. Dan hari ini pula takkan menjadi hari terakhir untuknya. Dia akan menunggu. Entah berapa bulan lamanya, dia akan tetap menunggu. Meskipun Lee Seol tahu dengan pasti bahwa dia bisa berhenti kapan saja dan membuka hatinya untuk jalan yang lain, dia akan tetap menunggu.

Mungkin bukan hari ini.

Hari ini mungkin bukan hari dimana penantiannya akan berhenti dan menemukan satu titik terang ditengah jalanan gelap yang menghiasi harinya beberapa bulan ini. Dia takkan datang.

Sosok itu takkan datang hari ini.

Gadis berambut cokelat muda itu tersenyum simpul dan kembali menghela nafas dengan berat—entah sudah yang keberapa kalinya pada satu jam ini. Dia takkan datang, ujarnya kepada dirinya sendiri. Meyakinkan dirinya untuk pulang dan menghangatkan diri daripada menyiksa batin dan raganya lebih dari ini.

Lee Seol membuka payung besar miliknya. Dia siap untuk membelah hujan deras hari ini. Gadis itu melangkahkan kakinya, berjalan keluar dari halte ketika mata cokelat transparan itu mendapati satu sosok yang membuat tubuhnya membeku.

Sosok ramping itu kini membelah derasnya hujan yang turun, berlari dengan tubuh yang basah kuyup serta rambut yang tak lagi berbentuk. Lee Seol bisa melihat dengan jelas bagaimana air hujan jatuh menetes dari bulu mata milik laki-laki yang kini berdiri di depan matanya.

Seribu kata rindu takkan bisa menggambarkan perasaannya sekarang. Berbulan-bulan dia menunggu dan kerap kembali kemari seperti orang gila. Dan kini sosok yang selalu ditunggu olehnya berdiri dihadapannya tanpa cacat. Tak ada yang berbeda.

Sosok itu nyata. Dan telah kembali kedalam pelukannya. Nyawanya kembali lengkap menjadi satu.

“Sudah lama menunggu?”

Lee Seol menggelengkan kepalanya tanpa ragu. Karena, tak peduli jika dia harus menunggu bertahun-tahun lebih lama, seluruh waktu itu akan terbayar begitu saja ketika Joshua Hong berdiri di depan matanya.

Karena dia mencintai Joshua Hong. Lebih dari segala ketidakmungkinan yang ada di muka bumi ini.

 

***

 

a/n: Jadi, ini versi Seol. Sebenarnya ini karya tahun lalu sih, hampir dua tahun lalu malah. Dan sebenarnya ini duluan daripada versi Joshua. Ini dipost karna saya pengen ngepost wkwkwk.

Your Appreciation