The Unspoken Love; Acceptable

Image

Air hujan membasahi jalanan dipermukaan bumi kota Seoul tersebut. Seorang gadis bermata oval dengan rambut ikal kecokelatan mengeratkan mantel cokelat ditubuhnya, menatap langit hitam berawan yang menangis. Bahkan cuaca di kota Seoul mengerti keadaan hatinya saat ini.

Ia berdiri didepan sebuah café yang bertempat dipinggir jalanan Apgujeong tanpa penyamaran apapun, jalanan itu sepi saat ini. Tak ada seorangpun yang mempedulikannya, yang dipedulikan mereka hanyalah bagaimana caranya agar mereka bisa lolos dari hujan deras ini dengan sehat besok harinya. Langit terlihat gelap, sangat gelap.

Gadis itu bertanya-tanya dalam hati, apakah ia bisa menepati janjinya hari ini? Apakah laki-laki yang ditunggunya sejak tadi akan datang kemari?

Orang yang ia tunggu sejak satu jam yang lalu itu belum terlihat batang hidungnya sejak tadi. Son Na-Eun menghela nafas dengan berat, sebaiknya ia tak berharap terlalu banyak. Baca lebih lanjut

The Unspoken Love; Broken [2/2]

“Dia minum terlalu banyak.”

Velove Ryu duduk berlutut disamping Han Cessa yang sudah meletakkan kepalanya dengan berat diatas bar, menggenggam tangan gadis itu yang sudah sangat dingin. Han Cessa minum terlalu banyak hari ini, melampaui batas bersenang-senang yang seharusnya.

“Seseorang harus mengantarnya pulang,” sambung Hyo-Eun lirih.

“Aku tak mau pulang,” geram Cessa dalam keadaan setengah sadar.

“Oh ya, kau harus pulang Agassi.” Moon Min-Ha yang duduk disamping Cessa terlonjak kaget mendengar sebuah suara asing yang akhir-akhir ini didengarnya tiba-tiba menghampiri telinganya. Velove mendongakkan kepalanya kesamping atas dan menatap Hye-Yong seakan meminta jawaban. Baca lebih lanjut

The Unspoken Love; Broken [1/2]

Xi Luhan berlari sepanjang gang kecil yang tersembunyi dipinggiran kota Seoul, berharap dia sudah mendapatkan jarak cukup jauh dari para penggemar yang mengejarnya. Bodoh, rutuknya pada diri sendiri. Luhan berhenti berlari dan mengambil nafas pendek-pendek, tersengal-sengal.

Hening beberapa saat. Tak ada suara lain yang terdengar disepanjang gang kecil gelap tersebut selain helaan nafas pendek-pendek milik Luhan.

Perlahan, suara jejakan kaki mendekat kearah Luhan. Dia berusaha untuk waspada, tidak menutup kemungkinan jika suara itu berasal dari langkah kaki seorang perampok. Tak ada orang waras tanpa niat jahat yang masuk kedalam gang sekecil ini dan dalam waktu seperti ini. Kecuali Luhan tentu saja, mengingat dia sedang dalam keadaan terdesak. Baca lebih lanjut