***
Jam menunjukkan pukul dua malam. Bel berdenting sebanyak dua kali, seakan memberikan bukti bahwa dalam satu jam lagi malam akan berganti menjadi pagi meskipun matahari masih akan terbit beberapa jam setelahnya.
Suasana didalam kamar terasa diam dan hening. Tak ada pergerakan sama sekali, tak ada yang bergerak. Tidak juga dengan Han Cessa yang sedang asyik tertidur diatas kasur tebalnya dan nyaman.
Helaan nafas bergantian dengan hembusan nafas pelan yang mengalir keluar dari hidung tajam gadis bermata cokelat trasparan itu. Han Cessa tertidur lelap, tak diragukan lagi.
Keheningan masih terjadi selama beberapa detik setelahnya, tepat ketika suara Bruno Mars yang mendentangkan bagian reffain dari lagu “If I Knew” memecah keheningan didalam kamar tersebut, berhasil membuat Han Cessa dengan kesal membuka kedua matanya dengan lebar, tak percaya bahwa penyanyi laki-laki pujaannya itu membangunkan Cessa dari mimpi indahnya.
Dengan lenguhan kecil yang terdengar cukup getir, gadis berambut sebahu itu menggerakkan tangannya ke kanan dan kiri, berusaha mencari ponsel sialan yang kini masih bordering dengan indah seakan tak ada hal salah mengenai dengkingan demi teriakan merdu milik Bruno Mars.
Oh, baiklah. Suara Bruno Mars tetap terdengar indah ditelinga Han Cessa, maksudnya—siapa sih orang bego yang akan menolak mendengar suara penyanyi pujaannya? Tak peduli waktu maupun tempat. Namun ini gila!
Han Cessa tahu dengan jelas bahwa itu bukan bunyi alarm, oh tentu, dia sangat yakin dan bisa memastikannya dengan benar. Satu hal lagi yang membuatnya sangat kesal bukanlah lengkingan tinggi milik Bruno Mars, namun…
“SIAPA ORANG GILA YANG MENELEPON PADA JAM SEPERTI INI?!?!” Baca lebih lanjut