Han Cessa, What is Your Dream?

cats

***

Jam menunjukkan pukul dua malam. Bel berdenting sebanyak dua kali, seakan memberikan bukti bahwa dalam satu jam lagi malam akan berganti menjadi pagi meskipun matahari masih akan terbit beberapa jam setelahnya.

Suasana didalam kamar terasa diam dan hening. Tak ada pergerakan sama sekali, tak ada yang bergerak. Tidak juga dengan Han Cessa yang sedang asyik tertidur diatas kasur tebalnya dan nyaman.

Helaan nafas bergantian dengan hembusan nafas pelan yang mengalir keluar dari hidung tajam gadis bermata cokelat trasparan itu. Han Cessa tertidur lelap, tak diragukan lagi.

Keheningan masih terjadi selama beberapa detik setelahnya, tepat ketika suara Bruno Mars yang mendentangkan bagian reffain dari lagu “If I Knew” memecah keheningan didalam kamar tersebut, berhasil membuat Han Cessa dengan kesal membuka kedua matanya dengan lebar, tak percaya bahwa penyanyi laki-laki pujaannya itu membangunkan Cessa dari mimpi indahnya.

Dengan lenguhan kecil yang terdengar cukup getir, gadis berambut sebahu itu menggerakkan tangannya ke kanan dan kiri, berusaha mencari ponsel sialan yang kini masih bordering dengan indah seakan tak ada hal salah mengenai dengkingan demi teriakan merdu milik Bruno Mars.

Oh, baiklah. Suara Bruno Mars tetap terdengar indah ditelinga Han Cessa, maksudnya—siapa sih orang bego yang akan menolak mendengar suara penyanyi pujaannya? Tak peduli waktu maupun tempat. Namun ini gila!

Han Cessa tahu dengan jelas bahwa itu bukan bunyi alarm, oh tentu, dia sangat yakin dan bisa memastikannya dengan benar. Satu hal lagi yang membuatnya sangat kesal bukanlah lengkingan tinggi milik Bruno Mars, namun…

“SIAPA ORANG GILA YANG MENELEPON PADA JAM SEPERTI INI?!?!” Baca lebih lanjut

CRIMINAL [3/?]

criminal

 

***

 

 

Third Line

 

 

***

 

 

“Selamat pagi, Jung Yun-Ho. Apakah ada perkembangan baru?”

Jung Yun-Ho yang baru saja bangun hanya bisa tercengang mendengar pertanyaan dari suara gadis yang sangat dikenalnya. Dibutuhkan waktu beberapa menit hingga pria dewasa tersebut mengerti apa yang ditanyakan oleh Natasha.

“Tidak ada. Sejauh ini perkembangan terbaru hanyalah apa yang kukatakan padamu melalui telepon tiga hari yang lalu. Kau sendiri bagaimana? Apa kau dan Chang-Min sudah berhasil menemui orang tersebut?” Natasha mendesah pelan, yang diketahui oleh Yun-Ho sebagai rasa keberatan.

Baca lebih lanjut

CRIMINAL [2/?]

criminal

Second line

 

 

***

Gadis cantik itu mendesah sangat keras. Sudah hari ketiga sejak ide bodoh ayahnya untuk menyewa seorang stalker yang akan terus mengikutinya kemanapun dia pergi. Han Cessa

hanya tak mengerti. Gadis itu tidak mengerti mengapa Ayahnya tiba-tiba menugaskan seorang bodyguard untuk menjaganya. Sedangkan Ayahnya tahu bahwa Cessa bukanlah gadis yang selalu ingin dilindungi. Bahkan Cessa benci dilindungi.

Sekali lagi Cessa menatap Luhan yang masih memperhatikan koridor sekolah Cessa dengan pandangan rindu yang sangat mendalam.

“Aku merindukan suasana sekolah,” gumam Luhan.

“Kupikir pengawal sepertimu tidak masuk kedalam sekolah biasa seperti ini,” balas Cessa dengan mendengus kasar lalu masuk kedalam kelasnya. Gadis itu duduk ditempatnya yang berada dibaris ketiga jejeran kedua. Luhan tetap mengikuti Cessa dan tetap berdiri disamping meja Cessa. Baca lebih lanjut

CRIMINAL [1/?]

criminal

***

 

 

First line

 

 

***

 

KRING!!!!!!!!!!!!!!

“Oh astaga…”

Kedua tangan itu menutup kedua telinganya dengan bantal disampingnya. Sayang sekali suara alarm itu masih masuk kedalam kedua telinganya membuat gadis itu mendecak kesal.

Masih tak ingin menyerah, dia merentangkan tangan kanannya berusaha meraih jam beker dimeja yang berada tepat disamping tempat tidurnya. Kosong. Tak ada apapun disana yang dapat disentuh kelima jarinya selain dua tumpuk majalah dan sebuah novel.

“Dimana beker sialan itu,” gumam gadis itu kesal masih menutup kedua matanya.

“Yang benar saja!” dengan sangat terpaksa gadis itu duduk dan membuka kedua matanya untuk mencari jam beker yang masih berbunyi.

Tak ada beker diatas meja, tak ada Aileen yang iseng, juga Ibu-nya yang iseng, hanya ada laki-laki berbadan cukup tinggi dengan rambut berwarna coklat terang agak kekuningan dengan senyum manis diwajah imutnya.

“Siapa kau?” Laki-laki itu hanya menjawabnya dengan senyum dan menunjukan sebuah tangan yang menggoyangkan jam beker kecil dengan bunyi yang masih sama. Sangat mengganggu.

“Kau pasti mencari ini, Agassi. Pukul 7 tepat dan kau harus bangun untuk mempersiapkan jadwal hari ini,” ucap laki-laki itu masih tidak menjawab pertanyaan gadis tadi. Baca lebih lanjut

[special birthday post] Forgotten or Even… Unknown

***

 

 

Hening, Xi Luhan diam tanpa mengatakan apapun selain menatap Han Cessa yang tertidur pulas dibangku mobil yang terletak disamping bangku kemudi.

Waktu menunjukkan tepat jam sebelas malam, enam puluh menit sebelum ulang tahun Luhan. Entahlah, mungkin gadis itu bahkan sama sekali tidak tahu tentang ulang tahun Luhan atau sengaja melupakannya demi membalas perilaku Luhan di ulang tahun Han Cessa yang sebelumnya.

Luhan tidak menghadiri acara ulang tahun Cessa, bahkan tidak mengucapkan selamat sama sekali karena diingatannya adalah, dia sudah mengucapkan selamat ulang tahun pada Cessa.

Han Cessa telah lulus sekolah dibulan February lalu, dan itu menyebabkan gadis ini berubah menjadi gadis yang jauh lebih malas. Ohya itu benar.

Laki-laki itu melihat keadaan diluar mobilnya, sekali lagi bertanya-tanya dalam hati, tidak mengerti mengapa atau bagaimana keluarga Han memilih untuk membangun rumah dipinggir kota Seoul, diatas perbukitan dan didaerah yang jarang sekali ditempati oleh orang lain.

Baiklah ralat, lingkungan ini bukan jarang ditempati, hanya saja jarak diantara satu rumah dengan rumah yang lain sangat jauh—sangat sangat sangat jauh. Karena para pemilik rumah memilih untuk mengambil tanah luas yang besar dalam pembangunan rumah, tipikal orang kaya yang menghamburkan uang untuk tempat tinggal.

Satu lagi pertanyaan didalam kepala Luhan. Mengapa mereka membeli tanah super luas untuk membangun rumah? Entahlah, Luhan tak mengerti jalan pikiran orang kaya. Baca lebih lanjut

Happy Birthday Xi Luhan!!!

This is stupid, idiot, dumb, or…jenius? Lol.

Sorry for long time not update a thing. But yes, I open my recent updates on blackberry messenger and found my friend saying Happy Birthday to Xi Luhan.

And yet I realized that this red kitty having a birthday event(?) today! Lolz.

To the point.

Gue gatau harus bilang apa, harus ngapain, secara, Luhan ultah aja gue baru tau tepat malam ini jam 1 malem. Nah loh.

Ide mentok, ngetik mager.

Haruskah gue ngarang smut spesial Cessa-Luhan???!

Amen.

Intinya, happy birthday Xi Luhan!!!!!!!!

PS: gue belum nonton Overdose ataupun denger lagunya sama sekali #oke

The Unspoken Love; Acceptable

Image

Air hujan membasahi jalanan dipermukaan bumi kota Seoul tersebut. Seorang gadis bermata oval dengan rambut ikal kecokelatan mengeratkan mantel cokelat ditubuhnya, menatap langit hitam berawan yang menangis. Bahkan cuaca di kota Seoul mengerti keadaan hatinya saat ini.

Ia berdiri didepan sebuah café yang bertempat dipinggir jalanan Apgujeong tanpa penyamaran apapun, jalanan itu sepi saat ini. Tak ada seorangpun yang mempedulikannya, yang dipedulikan mereka hanyalah bagaimana caranya agar mereka bisa lolos dari hujan deras ini dengan sehat besok harinya. Langit terlihat gelap, sangat gelap.

Gadis itu bertanya-tanya dalam hati, apakah ia bisa menepati janjinya hari ini? Apakah laki-laki yang ditunggunya sejak tadi akan datang kemari?

Orang yang ia tunggu sejak satu jam yang lalu itu belum terlihat batang hidungnya sejak tadi. Son Na-Eun menghela nafas dengan berat, sebaiknya ia tak berharap terlalu banyak. Baca lebih lanjut